Pada zaman dahulu, penduduk asli Meksiko menggunakan rebusan daun kaktus untuk memurnikan air sungai yang kotor sebelum diolah menjadi air minum. Partikel tanah dan kotoran lain langsung mengendap begitu dicampur dengan rebusan kaktus.
Perilaku penduduk Meksiko ini kemudian diteliti oleh Norma Alcantar, seorang ahli teknik biokimia dari University of South Florida. Kebetulan, Norma sendiri merupakan keturunan warga asli Meksiko yang menghuni Amerika Latin.
"Ketika kaktus direbus, yang keluar adalah mucilago yaitu getah kental dan lengket seperti lem," ungkap Norma, dikutip dari Discovery, Rabu (18/8/2010).
Bagi tanaman kaktus, mucilago merupakan pelindung terhadap terik matahari. Zat ini mencegah penguapan air dari permukaan kaktus, sehingga tanaman ini dapat bertahan hidup di lingkungan yang kekurangan air seperti gurun pasir.
Ketika bercampur dengan air kotor, mucilago yang tersusun dari gula dan karbohidrat itu mengikat partikel-partikel halus yang mengotori air. Ikatan itu lalu menggumpal, sehingga mudah dipisahkan dari bagian air yang bersih.
Norma juga meneliti bagaimana mucilago itu membersihkan air dari arsenik, polutan berbahaya dari limbah industri dan agrikultur. Arsenik yang bisa menyebabkan kanker itu bisa juga diikat oleh mucilago, menjadi molekul yang cukup besar sehingga bisa disaring dengan pasir.
Bukan hanya itu saja, mucilago juga dapat membunuh bakteri yang merupakan salah satu polutan berbahaya dalam air minum. Belum diketahui pasti bagaimana mekanismenya, namun Norma mengklaim mucilago bisa menghasilkan air bersih yang 98 persen bebas bakteri.
Berdasarkan penelitiannya tersebut, Norma mengembangkan sistem pemurnian air yang menggunakan filter berisi mucilago. Sangat ekonomis karena mucilago segar dari selembar daun kaktus jenis pir berduri (prickly pear cactus) yang cukup lebar dapat memurnikan air bersih untuk memenuhi kebutuhan minum satu keluarga selama 5 pekan.
No comments:
Post a Comment